Tuesday, December 28, 2010

Anak VS Handphone

Apakah Anak-Anak Memerlukan Telepon Selular Sendiri ?

Kapan anak Anda diperbolehkan memiliki telepon selular sendiri ? Atau Anda termasuk orangtua yang telah memberikan anak Anda yang masih bersekolah di tingkat SD untuk menggunakan telepon selular miliknya sendiri ? Beberapa orangtua memang berpendapat memberikan telepon selular pada anaknya yang masih kecil bukanlah masalah yang besar, tetapi beberapa keluarga lainnya berpendapat sebaliknya.

Lalu kapan anak Anda siap untuk diberi telepon selularnya sendiri ? Tidak ada usia yang tepat kapan anak Anda siap untuk diberi telepon selular sendiri. Tetapi saat Anda ingin memberikan telepon selular untuk anak Anda, terdapat satu hal yang harus Anda ingat, yaitu telepon selular memerlukan biaya setiap bulannya (untuk membeli pulsa). Untuk itu Anda harus memastikan apakah anak Anda dapat bertanggungjawab jika ia diberikan telepon selular miliknya sendiri.

Untuk beberapa anak, merawat telepon selular miliknya sendiri dan memastikan keamanannya dapat dilakukan dengan mudah. Tetapi untuk beberapa anak lainnya, rasa bertanggungjawabnya itu akan muncul saat memasuki kelas lima SD. Terdapat beberapa anak yang lupa menaruh telepon selular atau dengan sengaja meninggalkannya di tempat yang sembarangan.

Banyak orang berpendapat telepon selular dapat dijadikan alat pelacak yang tepat, tetapi bukankah sedari dulu para orangtua dapat melacak keberadaan anaknya dengan cara tradisional. Tanpa menggunakan jasa telepon selular.

Alasan anak-anak membutuhkan telepon selular sangatlah banyak. Untuk beberapa keluarga yang memiliki kesibukan tinggi, mungkin akan terbantu jika anaknya memiliki telepon selular. Begitu pun dengan orangtua yang tinggal terpisah satu dengan yang lainnya. Pemakaian telepon selular pada anak-anak akan masuk akal.

Setelah Anda memutuskan untuk memberikan telepon selular untuk anak Anda, buatlah sebuah peraturan untuk pemakaiannya. Misalnya, jangan men-download, jangan menggunakan telepon saat makan malam, menetapkan waktu menelepon antara jam 9 pagi sampai jam 9 malam, dan selama jam pelajaran selalu mematikan telepon. 

Rita Silviati

Membantu Anak Mengerjakan PR

Di prakteknya, PR itu bisa berperan ganda, dalam arti antara bisa menjadi tantangan (challenge) dan bisa pula menjadi beban (stressor). Karena itu, keterlibatan orangtua sangat diperlukan. Seperti kita tahu, tantangan adalah sesuatu yang memotivasi anak untuk menunjukkan kebolehan atau kehebatan. Tantangan rasanya positif bagi jiwa. 

Lain halnya dengan beban. Ia ditakuti dan rasanya menekan sehingga sangat mungkin membuat anak stress atau perkembangannya kurang seimbang (terbebani).
Agar potensi demikian bisa terantisipasi atau terkurangi, maka kita perlu mengambil tindakan untuk membantu mereka. Bentuknya bisa antara lain:
  • Menghormati pilihan dia untuk mengontrol diri, misalnya bertanya kapan mau mengerjakan PR.  Semakin jelas jawabanya, berarti semakin bisa dia mengontol diri. Kita tinggal mengikuti dan mengingatkan 
  • Membantu persiapkan fisik dan psikisnya.  Tapi ini harus dengan cara yang melatih kemandiriannya. Jangan sampai terlalu terlibat sehingga dia tinggal pakai. Bantuan ini penting untuk menunjukkan ke dia bahwa kita “care” untuk urusan sekolahnya.
  • Ciptakan suasana yang tidak menegangkan, bikin yang santai. Kalau pun kita sempat terbawa emosi melihat sikapnya, katakanlah begitu, segera kita me-recover suasana. Akan lebih bagus jika kita bekerjasama antara suami-istri atau orang dewasa di rumah.
  • Mempermudah pemahaman. Begitu sudah masuk konten dari PR itu, bantuan kita yang penting adalah: mempermudah pemahaman, memberi penjelasan yang menantang dia, menunjukkan gunanya atau menciptakan suasana yang  menghibur
  • Mengajak dia untuk latihan bernalar (tantangan), tapi jangan sampai dia tidak pede karena selalu kita SALAHKAN atau KALAHKAN. Misalnya dia kesulitan, lalu kita jelaskan, dan akhirnya dia memilih hasil yang menurut kita keliru. Sekali-sekali, kita perlu membiarkan dia keliru asalkan sudah melalui proses yang benar.
Hal lain yang juga penting adalah jangan sampai kita menciptakan atau membiarkan godaan. Ini karena kemampuan dia mengontrol diri masih belum stabil. Misalnya, kita menyuruh dia mengerjakan PR tapi kita membiarkan acara TV menggodanya. 
Terkadang ada beberapa PR yang di luar kontrol manajemen sekolah, misalnya terlalu banyak halamannya atau setiap guru menugaskan PR sehingga benar-benar membebani.
Bantuan kita sangat penting, dalam bentuk mencatat peristiwa itu, lalu membicarakannya dengan wali murid lain, kemudian mengirimnya ke sekolah untuk mendapatkan penanganan. Jangan sampai kita hanya mengeluhkan dan membiarkan. 

Semoga bermanfaat :)
Rita Silviati